"Saya ada alasan tersendiri," jawab pemuda itu. "Saya
meninggalkan Khurasan, tanahair saya untuk menunaikan haji bersama ayah saya.
Apabila kami sampai di Kufah, tiba-tiba ayah saya sakit kuat. Dia telah
menghembuskan nafas terakhir di hadapan saya sendiri. Dengan kain sarung yang
ada, saya tutup mukanya. Malangnya, apabila saya membuka semula kain tersebut,
rupa ayah saya telah bertukar menjadi himar. Saya malu. Bagaimana saya mahu
memberitahu orang tentang kematian ayah saya sedangkan wajahnya begitu hodoh
sekali?
"Saya terduduk di sisi mayat ayah saya dalam keadaan kebingungan.
Akhirnya
saya tertidur dan bermimpi. Dalam mimpi itu saya melihat seorang pemuda yang
tampan dan baik akhlaknya. Pemuda itu memakai tutup muka. Dia lantas membuka
penutup mukanya apabila melihat saya dan berkata, "Mengapa kamu susah hati
dengan apa yang telah berlaku?" "Maka saya menjawab, "Bagaimana
saya tidak susah hati sedangkan dialah orang yang paling saya sayangi?"
"Pemuda itu pun mendekati ayah saya dan mengusap wajahnya sehingga ayah
saya berubah wajahnya menjadi seperti sediakala.
Saya segera mendekati ayah dan
melihat ada cahaya dari wajahnya seperti bulan yang baru terbit pada malam
bulan purnama. "Engkau siapa?" tanya saya kepada pemuda yang baik
hati itu. "Saya yang terpilih (Muhammad)." "Saya lantas memegang
jarinya dan berkata, "Wahai tuan, beritahulah saya, mengapa peristiwa ini
boleh terjadi?"
"Sebenarnya ayahmu seorang pemakan harta riba. Allah telah menetapkan agar
orang yang memakan harta riba akan ditukar wajahnya menjadi himar di dunia dan
di akhirat. Allah telah menjatuhkan hukuman itu di dunia dan tidak di akhirat.
"Semasa hayatnya juga ayahmu seorang yang istiqamah mengamalkan selawat
sebanyak seratus kali sebelum tidur. Maka ketika semua amalan umatku
ditontonkan, malaikat telah memberi tahu keadaan ayahmu kepadaku. Aku telah
memohon kepada Allah agar Dia mengizinkan aku memberi syafaat kepada ayahmu.
Dan inilah aku datang untuk memulihkan semula keadaan ayahmu.""
No comments:
Post a Comment